Kamis, 20 Januari 2011

THE BINARY SYMMETRIC CHANNEL

THE BINARY SYMMETRIC CHANNEL
(Diajukan guna memenuhi tugas Teori Pengkodean)









Disusun Oleh:
Kelompok 4.
Zainul Gufron Syahroni (070210191048)
Dian Purnomo (070210191075)
Hendra Desma Adi Wiguna (070210191129)






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010

BINARY SYMMETRIC CHANNEL (BSC)

Teori Koding (Coding theory) merupakan ilmu yang mempelajari teknik dan metoda transmisi data/infomasi melalui saluran komunikasi yang tidak bebas gangguan (noisy) secara efisien dan akurat. Teori Koding telah berkembang begitu pesat dan memliki aplikasi yang sangat cukup luas, diantaranya minimisasi gangguan dari perekaman compact disc, transfer data dari memori ke CPU komputer atau antar CPU komputer, transaksi ATM, dan komunikasi satelit.
Media fisis yang digunakan untuk melakukan transfer data biasa disebut dengan saluran; Sebagai contoh, kabel telepon dan atmosfir. Gangguan (noisy) didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan informasi yang diterima tidak sama dengan informasi yang dikirimkan. Gangguan dapat terjadi karena adanya petir, goresan, hujan meteor, panas matahari, gangguan radio, dan lain-lain. Teori koding bekerja hanya sebatas pada masalah pendeteksian dan pengoreksian kesalahan transmisi yang disebabkan oleh gangguan tersebut. Pada sistem ini, adanya gangguan adalah bagian yang paling penting; Karena tanpa gangguan, teori koding tidak begitu diperlukan.
Informasi dapat dinyatakan sebagai barisan 0  1. Kita sebut '0' dan '1' sebagai digit. Katakode merupakan suatu barisan digit. Panjang dari katakode adalah banyaknya digit yang menyusun katakode tersebut. Katakode 10010 misalnya mempunyai panjang n = 5. Saluran komunikasi yang digunakan pada kajian ini adalah saluran biner. Kode biner merupakan suatu himpunan katakode biner (tersusun oleh digit '0' dan '1').
Suatu saluran biner dikatakan simetri bila digit 0 dan 1 ditransmisikan dengan akurasi yang sama. Ini berarti bahwa probabilitas menerima digit yang benar tidak tergantung pada digit yang dikirimnya. Kepercayaan suatu binary symmetric channel (BSC) adalah bilangan real p, 0 ≤ p ≤ 1, dimana p adalah probabilitas menerima digit yang salah.
Beberapa asumsi tambahan untuk saluran perlu diberikan. Pertama, panjang katakode yang diterima tidak mengalami perubahan. Ini berarti bahwa katakode yang dikirim berpanjang n maka kata yang diterima pasti berpanjang n. Kedua, dalam membaca kode, kita dapat dengan mudah mengetahui awal dari suatu kata. Sebagai contoh, bila kita menggunakan katakode panjang 3 dan menerima 100110001, maka dibaca secara berturutan 100, 110 dan 001. Ketiga, gangguan dapat terjadi dimana saja. Ini berarti, kita tahu bahwa setiap digit dalam katakode dapat mengalami gangguan dalam transmisi.
Dalam banyak hal, sangat sukar menaksir probabilitas p untuk suatu saluran yang diberikan. Namun, nilai eksak p tidak mempengaruhi secara siknifikan pada kerangka teori koding itu sendiri. Bila p = 0 maka saluran komunikasi sangat baik (tidak pernah ada gangguan transmisi data).
Misal ambil sebarang kata kode dengan panjang n, yaitu: X1 X2 X3 . . . Xn.
kata kode yang dikirim kata kode yang diterima
X1 X2 X3 . . . Xn
X1’ X2 X3 . . . Xn
Pada pengiriman kata kode di atas, terdapat 1 kesalahan pada digit pertama yaitu X1  X1’ sehingga peluang kesalahannya adalah p. Sedangkan digit ke 2 sampai digit yang ke– n adalah benar(dikirim sama dengan yang diterima), jadi peluang tiap digitnya adalah ( 1 p ). Karena jumlah digit dari kata kode adalah n, sedangkan terjadi 1 kesalahan pada digit pertama sehingga banyaknya digit yang benar adalah (n1), jadi peluang tiap digit yang benar adalah ( 1 p )n-1 . Peristiwa di atas merupakan kejadian yang saling bebas ( karena pengiriman tiap digit merupakan kejadian yang tidak saling mempengaruhi ). Oleh karena itu, kejadian di atas termasuk berdistribusi binomial newton, sehingga peluang terjadi kesalahan tepat 1 pada digit pertama dapat dicari dengan rumus : p1( 1-p )n-1
Jadi dapat disimpulkan, peluang terjadi kesalahan tepat k adalah Pk( 1-p )n-k.


Diagram di bawah menggambarkan binary symmetric channel:







Dari diagram di atas, Probabilitas bahwa 0 dikirim akan diterima sebagai 0 adalah 1 - p. Demikian juga kemungkinan bahwa 1 dikirim akan diterima 1 sebagai 1 - p. Probabilitas bahwa 0 dikirim diterima sebagai 1 adalah p, seperti kemungkinan bahwa 1 dikirim diterima sebagai 0.

Keterangan:
0 memiliki panjang n= 1,
0 dikirim sebagai 0 maka k= 0,
Jadi probabilitasnya = pk (1-p)n-k
= p0(1-p)1-0
= 1.(1-p)1
= (1-p)

Keterangan:
1 memiliki panjang n= 1,
1 dikirim sebagai 1 maka k= 0,
Jadi probabilitasnya = pk (1-p)n-k
= p0(1-p)1-0
= 1.(1-p)1
= (1-p)

Keterangan:
0 memiliki panjang n= 1,
0 dikirim sebagai 1 maka k= 1,
Jadi probabilitasnya = pk (1-p)n-k
= p1(1-p)1-1
= p.(1-p)0
= p. 1
= p

Keterangan:
1 memiliki panjang n= 1,
1 dikirim sebagai 0 maka k= 1,
Jadi probabilitasnya = pk (1-p)n-k
= p1(1-p)1-1
= p.(1-p)0
= p. 1
= p
Mari kita melakukan penghitungan kombinatorial, berdasarkan BSC: Secara umum bahwa, katakode yang dikirim dengan panjang n maka probabilitas kesalahan dengan tepat k kesalahan yang terjadi adalah pk (1 - p) n-k dengan k adalah jumlah kesalahan / error setiap digit. Jumlah pola kesalahan tersebut adalah jumlah kemungkinan memilih k elemen dari n. Ini adalah C(n,k). Probabilitas bahwa k kesalahan yang terjadi adalah
C (n,k) pk (1 - p)n-k. Probabilitas bahwa kesalahan tidak lebih dari k adalah:
∑_(i=0)^k▒〖〖C 〗_((n,i)) p^i 〖(1 - p)〗^(n-i) 〗
Mengasumsikan katakode dengan panjang n dikirim melalui saluran. Probabilitas kesalahan bahwa tidak ada kesalahan yang terjadi (k = 0) adalah
(1 - p)n. Sedangkan probabilitas kesalahan bahwa tepat satu kesalahan yang terjadi
(k = 1) adalahp (1 - p) n-1.
PERMASALAH:
Hitung probabilitas bahwa tidak lebih dari k= 1 kesalahan terjadi di transmisi dari bit string dengan panjang n= 10, ketika kesalahan bit probabilitas:
p = 10-3, atau p = 10-40, atau p = 10-5.
Jawab:
p = 10-3
∑_(i=o)^1▒C_((n,i) ) p^i (1-p)^(n-i)
=10!/((10-0)!.0!) (〖10〗^(-3) )^0 (1-〖10〗^(-3) )^(10-0)+ 10!/((10-1)!.1!) (〖10〗^(-3) )^1 (1-〖10〗^(-3) )^(10-1)
=1.1.(999/1000)^10+ 10.(1/1000).(999/1000)^9
=(999/1000)^9 {(999/1000)^1+ (1/100) }
=(999/1000)^9 {(999+10)/1000}
=(999/1000)^9. (1009/1000)

Jika w = 10110 diterima pada saluran SBS dengan p = 0,02. Katakode manakah dari berikut: 11011; 00111; 01000; 10001 yang kemungkinan besar dikirim ?
Jawab:
Karena 00111 paling mendekati w (memiliki kesalahan k paling sedikit) maka 00111 dapat dikatakan katakode yang kemungkinan besar dikirim.
Kenapa saluran dengan p = 0 tidak menarik ?
Jawab: Bila p = 0 maka saluran komunikasi sangat baik (tidak pernah ada
gangguan transmisi data).
DAFTAR PUSTAKA

Cahya P., Antonius. 2010. Slide perkuliahan” ALGEBRAIC CODING THEORY”. Jember: FKIP UNEJ.
http://personal.fmipa.itb.ac.id/ebaskoro/files/2008/02/bukukoding.pdf
(Tanggal Akses: 3 November 2010)





NAMA PENANYA:
Niken Tri Utami
Rina Azizah
Emi Yulianti

Lampiran:
Sumber: http://personal.fmipa.itb.ac.id/ebaskoro/files/2008/02/bukukoding.pdf

Chapter 1
Pendahuluan
Teori Koding (Coding theory) merupakan ilmu yang mempelajari teknik dan metoda trans-misi data/infomasi melalui saluran komunikasi yang tidak bebas gangguan (noisy) secara efisien dan akurat. Teori Koding telah berkembang begitu pesat dan memliki aplikasi yangsangat cukup luas, diantaranya minimisasi gangguan dari perekaman compact disc, transfer data dari memori ke CPU komputer atau antar CPU komputer, transaksi ATM, dan komunikasi satelit.
Media fisis yang digunakan untuk melakukan transfer data biasa disebut dengan saluran; Sebagai contoh, kabel telepon dan atmosfir. Gangguan (noisy) didefinisikan sebagai sesuatuyang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan informasi yang diterima tidak sama dengan informasi yang dikirimkan. Gangguan dapat terjadi karena adanya petir, goresan, hujanmeteor, panas matahari, gangguan radio, dan lain-lain. Teori koding bekerja hanya sebataspada masalah pendeteksian dan pengoreksian kesalahan transmisi yang disebabkan olehgangguan tersebut. Perhatikan diagram pada Gambar 1.1 yang mengilustrasikan system transmisi informasi secara umum.
Pada sistim ini, adanya gangguan adalah bagian yang paling penting; Karena tanpagangguan, teori koding tidak begitu diperlukan. Dalam kajian selanjutnya, kita akan memberikan asumsi-asumsi berikut ini:

Informasi dapat dinyatakan sebagai barisan 0-1. Kita sebut '0' dan '1' sebagai digit. Kata merupakan suatu barisan digit. Panjang dari kata adalah banyaknya digit yang menyusun kata tersebut. Kata 10010 misalnya mempunyai panjang 5. Saluran komunikasi yang digunakan pada kajian ini adalah saluran biner. Kode biner merupakan suatu himpunan kata biner (tersusun oleh digit '0' dan '1'). Berikut ini contoh dari dua kode:


Kode blok adalah suatu kode yang setiap katanya mempunyai panjang sama. Panjang ini disebut panjang kode. Semua kata yang termasuk dalam kode C disebut sebagai katakode.
Diskusi 1.0.1.
1. Cacah semua kata dengan panjang 3, 4 dan 5.
2. Tentukan banyaknya kata dengan panjang n.
3. Berikan suatu kode yang berisi semua kata dengan panjang 6 dan mempunyai jumlah angka '1' yang genap.
Beberapa asumsi tambahan untuk saluran perlu diberikan. Pertama, panjang katakode yang diterima tidak mengalami perubahan. Ini berarti bahwa katakode yang dikirim berpanjang n maka kata yang diterima pasti berpanjang n. Kedua, dalam membaca kode, kita dapat dengan mudah mengetahui awal dari suatu kata. Sebagai contoh, bila kita menggunakan katakode panjang 3 dan menerima 100110001, maka dibaca secara berturutan 100,110 dan 001. Ketiga, gangguan dapat terjadi dimana saja. Ini berarti, kita tahu bahwa setiap digit dalam katakode dapat mengalami gangguan dalam transmisi.
Suatu saluran biner dikatakan simetri bila digit 0 dan 1 ditransmisikan dengan akurasi yang sama. Ini berarti bahwa probabilitas menerima digit yang benar tidak tergantung pada digit yang dikirimnya. Kepercayaan suatu saluran biner simetri (SBS) adalah bilangan real dimana p adalah probabilitas menerima digit sesuai dengan digit yang dikirim. Diagram di bawah menggambarkan saluran biner simetri:
Dalam banyak hal, sangat sukar menaksir probabilitas p untuk suatu saluran yang diberikan. Namun, nilai eksak p tidak mempengaruhi secara siknifikan pada kerangka teorikoding itu sendiri. Bila p = 1 maka saluran komunikasi sangat baik (tidak pernah ada gangguan transmisi data). Sehingga, hal ini tidak menarik. Hal yang serupa berlaku bila p = 0. Setiap saluran dengan dapat dengan mudah diubah menjadi saluran dengan
Sehingga, untuk selanjutnya, dapat mengasumsikan bahwa kita menggunakan saluran biner simetri dengan probabilitas p,
Diskusi 1.0.2.
1. Kenapa saluran dengan p = 0 tidak menarik ?
2. Terangkan bagaimana merubah saluran dengan menjadi suatu saluran dengan
3. Apa yang dapat anda katakan untuk saluran dengan ?
4. Misal w = 0010110 diterima melalui saluran SBS dengan p = :90. Katakode manakah dibawah ini yang kemungkinan besar telah dikirim?
1001011; 1111100; 0001110; 0011001; 1101001:

ASAS TUT WURI HANDAYANI

BAB 1. PANDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kemajuan Ilmu dan teknologi, terutama tegnologi informasi menyebabkan arus komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini brdampak lagsung pada bidang Norma kehidupan dan ekonomi, seperti tersingkirnya tenaga kerja yang kurang berpendidikan dan kurang trampil, terkikisnya budaya lokal karena cepatnya arus informasi dan budaya global, serta menurunnya norma-norma masyarakat kita yang bersifat pluralistik sehingga raawan terhadap timbulnya gejolak sosial dan disintegrasi bangsa. Adanya pasar bebas, kemampuan bersaing, penguasaan pengetahuan dan tegnologi, menjadi semakin penting untuk kemajuan suatu bangsa. Ukuran kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik atau sumber daya alam ke modal intelektual, pengetahuan, sosial, dan kepercayaan.
Hal ini membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan hidup (Life Skill), yaitu yang memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian dengan kompetensi tinggi pada peserta didik sehingga selalu mampu bertahan dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif dalam kehidupannya. Kecakapan ini sebenarnya telah diperoleh siswa sejak dini mulai pendidikan formal di sekolah maupun yang bersifat informal, yang akan membuatnya menjadi masyrakat berpengetahuan yang belajar sepanjang hayat.
Ketika kita dihadapkan pada suatu tata kelola pendidikan, maka di titik itu pulalah kita akan sering bersinggungan dengan apa yang disebut asas-asas, dalam hal ini asas-asas pendidikan. Hal ini karena asas-asas pendidikan telah disepakati sebagai ‘suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan (Tirtarahardja, 1994).

1.2 Tujuan dan Manfaat
Sistem pendidikan Indonesia mengenal adanya tiga asas-asas pendidikan. Asas yang pertama adalah asas Tut Wuri Handayani (berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti ‘Jika di belakang mengawasi dengan awas’). Asas pendidikan yang kedua adalah asas ‘Belajar Sepanjang Hayat;’ sedang asas yang terakhir adalah asas ‘Kemandirian dalam Belajar. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan secara singkat konsep asas Tut Wuri Handayani. Serta memberikan manfaat penerapannya di dalam dunia pendidikan sehingga memantapkan setiap usaha yang dilakukan dalam melatih, membimbing serta membelajarkan peserta didik yang merupakan kewajiban utama kita sebagai pendidik yang profesional.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Dasar Pendidikan
Dasar pendidikan adalah landasan berpijak dana arah bagi pendidikan sebagai wahana pengembangan manusia dan masyarakat. Walaupun pendidikan itu bersifat universal, namun bagi suatu masyarakat pendidikan akan diselenggarakan berdasarkan filsafat dan pendangan hidup serta berlangsung dalam latar belakang social-budaya masyarakat tersebut. Adapun beberapa hal yang menjadi dasar atau landasan pendidikan adalah:

1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis berkaitan dengan kajian mengenai makna terdalam atau hakikat pendidikan, mengapa pendidikan dapat dilakukan dan diberikan kepada manusia, dan apa yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan. Fislafat sebagai kajian khusus formal dari bebrapa ilmu dipakai senagai landasan bagi pendidikan dan sanagt besar pengaruhnya bagi pendidikan. Hal ini disebabkan prinsip-prinsip dan kebenaran hasil kajian dari ilmu-ilmu tersebut diterapkan dalam pendidikan. Esensialisme, behaviorisme, perenialisme, progresivisme, rekonstruksionisme, dan humanism merupakan mazhab-mazhab pendidikan berdasarkan aliran-aliran filsafat tertentu yang pada giliran selanjutnya mempengaruhi pandanga, konsep dan praktik pendidikan. Seharusnya di Indonesia dikembangkan teori pendidikan nasional Indonesia yang berdasar pada filsafat pancasila.

2. Landasan Sosiologi
Kajian sosoiologi pendidikan merupakan sarana untuk memahami system pendidikan dengan keseluruhan hidup masyarakat. Kesatuan wilayah, adat istiadat, rasa identitas, loyalitas pada kelompok merupakan awal dan rasa bangga dalam masyarakat tertentu, yang semuanya ini merupakan landasan bagi pendidikan.
Bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa lain, bengas Indonesia mempunyai karakteristik tersendiri karena mempunyai proses pembentukan yang panjang. Hal-hal yang terkait dengan perwujutan tata tertip social, perubahan social, interkasi social, komunikasi dan sosialisasi merupakan indicator bahwa pendidikan menggunakan landasan sosiologis. Salah satu perwujudan bahwa pendidikan berlandaskan pada kondisi masyarakat tertentu ialah dengan diadakannua muatan local atau kurikulum.

3. Landasan Kultural
Kebudayaan adalah keseluruhan hasil cipta, rasa dan karya manusia. Budaya dalam masyarakat juga menjadi landasan bagi pendidikan. Di Indonesia telah ditegaskan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, kebudayaan dapat diwariskan dan dikembangkan melalui pendidikan, sebaliknya, bentuk, cirri-ciri dan palksanaan pendidikan ditentukan oleh kebudayaan yang ada dalam masyarakat.

4. Landasan Historis
Sejak manusia hidup, sejak saat itu pula pendidikan ada, dari yang paling sederhana sampai pendidikan yang sangat kompleks seperti sekarang ini. Di Indonesia, pendidikan sejaka zaman purba, zaman hindu-budha, pendidikan zaman islam, masa penjajahan colonial, dan usaha-usaha ke arah pendidikan nasional hingga sekarang merupakan bahan pemikiran yang sangat penting bagi pendidikan kita saat ini dan esok. Semuanya menunjukan bahwa pendidikan tidak dapat lepas dari landasan historis.

5. Landasan Psikologis
Pendidikan berkaitan dengan pemahaman dan penghayatan akan perkembangan manusia khususnya dalam proses belajar-mengajar. Pemahaman peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Bebrapa contoh aspek kejiwaan tersebut adalah perbedaan individu karena perbedaan aspek kejiwaan, kebutuhan dasar yang bermacam-macam pada manusia dan perkembangan peserta didik, semua itu berdasarkan pada teori-teori yang ada di psikologi.
6. Landasan Ilmiah dan Teknologi
Pendidikan dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mempunyai hubungan yang sangat erat. IPTEK merupakan salah satu materi pengajaran sebagai bagian dari pendidikan. Jadi, peran pendidikan dalam pewarisan dan pengembangan IPTEK sangat penting. Disatu sisi perkembangan IPTEK terakomodasi oleh pendidikan, disisi lain pendidikan sangat dipengaruhi oleh perkembangan IPTEK. IPTEK selanjutnya digunakan sebagai program, alat dan cara kerja teknologi pendidikan. Memeprhatikan kaitan yang sangat erat antara pendidikan denga IPTEK, maka IPTEK merupakan salah satu landasan pendidikan yang penting.

7. Landasan Politik
Politik sebagai cita-cita yang harus diperjuangkan melalui pendidikan, dimaksudkan agar tujuan dan cita-cita suatu bangsa dapat tercapai. Caranya dilakukan dengan menanamkan pengertian akan peranan kekuasaan, hak dan kewajiban, ideologi serta berbagai aturan yang harus ditaati oleh setiap warga Negara. Penanaman kesadaran akan hak dan kewajiban, nilai-nilai demokrasi merupakan pertanda bahwa di dalam pendidikan menggunakan landasan politik. Demikian juga kalau dalam pendidikan ada materi pendidikan kewarganegaraan, maka pertnada juga bahwa di dalam pendidikan itu ada landasan politiknya.

8. Landasan Ekonomi
Dari sudut pandang ekonomi, pendidikan dapat dikatakan sebagai human investment. Karena denga pendidikan maka manusia terdidik dapat menjadi modal bagi pembangunan. Manusia terdidik berfungsi sebagai tenaga kerja dan memiliki kemampuan teknologis, dapat membantu pertumbuhan ekonomi dengan naiknya GNP. Pendidikan akan mendorong pertumbuhan ekonomi jika pendidikan itu mampu mencerdaskan, merangsang, dan menginformasikan peserta didik tentang bagaimana dan mengapa seseorang membutuhkan pendidikan. Disisi lain, untuk memperoleh pendidikan diperlukan biaya yang perlu dihitung, berepa satuan biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pendidikan pada tingkat tertentu, dan berapa keuntungan yang didapat. Memperhatikan hala-hal tersebut maka dapat dimengerti kalau pendidikan itu menggunakan landasan ekonomi.

9. Landasan Yuridis
Pendidikan berlangsung dalam lingkungan masyarakat tertentu dengan budaya tertentu, lalu masyarakat itu menginginkan pendidikan yang sesuai dengan latar belakang keinginan masyarakat itu. Maka perlu adanya pengaturan dalam regulasi yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Di Indonesia pendidikan yang dipakai dituangkan dalam undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, yang kemudian dijabarkan delam peraturan hokum lainnya. Semuanya ini berdasarkan falsafah bangsa Indonesia dan UUD 1945 yang berlaku bagi masyarakat Indonesia.

2.2 Asas Tut Wuri Handayani
Ki Hadjar Dewantara adalah seorang pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, beliau mendirikan perguruan Taman Siswa yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Ki Hadjar yang bernama asli R.M. Suwardi Suryaningrat merupakan tokoh pendidikan nasional. Aktivitasnya dimulai sebagai jurnalis pada beberapa surat kabar dan bersama EFE Douwes Dekker, mengelola De Expres. Ki Hadjar pun aktif menjadi pengurus Boedi Oetomo dan Sarikat Islam. Selanjutnya bersama Cipto Mangun Kusumo dan EFE Douwes Dekker — dijuluki ”Tiga Serangkai” — ia mendirikan Indische Partij, sebuah organisasi politik pertama di Indonesia yang dengan tegas menuntut Indonesia merdeka. Pada zaman Jepang, peran Ki Hadjar tetap menonjol. Bersama Soekarno, Hatta, dan Mas Mansur, mereka dijuluki “Empat Serangkai”, memimpin organisasi Putera. Ketika merdeka, Ki Hadjar menjadi Menteri Pengajaran Pertama.
Ajaran kepemimpinan Ki Hadjar Dewantoro yang sangat poluler di kalangan masyarakat adalah Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Yang pada intinya bahwa seorang pemimpin harus memiliki ketiga sifat tersebut agar dapat menjadi panutan bagi bawahan atau anak buahnya. Ing Ngarso Sun Tulodo artinya Ing ngarso itu didepan / dimuka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi bawahan atau anak buahnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seorang pemimpin adalah kata suri tauladan. Sebagai seorang pemimpin atau komandan harus memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam segala langkah dan tindakannya agar dapat menjadi panutan bagi anak buah atau bawahannya. Ing Madyo Mbangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mbangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata itu adalah seorang peminpin ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat kerja anggota bawahanya. Karena itu seorang pemimpin juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungan tugasnya dengan menciptakan suasana kerja yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan kerja. Tut Wuri Handayani, Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seorang komandan atau pimpinan harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh bawahan, karena paling tidak hal ini dapat menumbuhkan motivasi dan semangat kerja.
Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas yang yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber, baik dari kecenderungan umum pendidikan di dunia maupun yang bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia.
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar
Ke-3 asas tersebut dipandang sangat relevan dengan upaya pendidikan, baik masa kini maupun masa depan. Oleh karena itu setiap tenaga kependidikan harus memahami dengan tepat ke-3 asas tersebut agar dapat menerapkannya dengan semestinya dalam penyelenggaraaan pendidikan sekolah.
Diantara ke-3 asas tersebut berikut adalah penjabaran dari asas Tut Wuri Handayani :
Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Hamzah, 1991:90). Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia.
Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik. Hal itu tidak menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, kalau tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan demikian, setiap kesalahan yang dialami anak tersebut bersifat mendidik. Menurut asas tut wuri handayani (1) pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan, (2) pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among, ngemong. Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan, (3) pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede), (4) pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak), dan (5) pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik.
Asas ini menjadi semboyan DEPDIKBUD, yang pada awalnya merupakan salah satu dari : Asas 1922 yakni 7 buah asas dari perguruan nasional Taman Siswa (didirikan tanggal 3 Juli 1992). Sebagai asas pertama, Tut Wuri Handayani merupakan sistem Among dari perguruan itu. Terdapat tujuh asas pada tahun 1922 berikut ketujuh asas tersebut :
1. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum
2. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri
3. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri
4. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat
5. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya lahir dan batin hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat baik berupa ikatan lahir maupun batin
6. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan
7. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu, baik adanya alasan lahir ataupun batin unuk mengembangkan segla kepentingan kebahgiaan dan keselamatan anak-anak.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni (1) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang diminatinya di sema jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri, (2) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya, (3) peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya, (4) peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri, (5) peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal.
Jika menilik Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, seperti apa yang tercantum dalam Undang-undang Nomer 20 Tahun 2003, maka konsep Tut Wuri Handayani termanifestasi ke dalam sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Peran guru dalam sistem KTSP lebih cenderung sebagai pemberi dorongan karena adanya pergeseran paradigma pengajaran dan pembelajaran, dari “teacher oriented” kepada “student oriented.”.
Dalam KTSP, guru bukan lagi sekedar “penceramah” melainkan pemberi dorongan, pengawas, dan pengarah kinerja para peserta didik. Dengan sistem kurikulum yang terbaru ini, para pendidik (guru) diharapkan mampu melejitkan semangat atau motivasi peserta didiknya. Hal ini lantaran proses pengajaran dan pembelajaran hanya akan berjalan lancar, efektif dan efisien manakala ada semangat yang kuat dari para peserta didik untuk mengembangkan dirinya melalui pendidikan. Maka bukan tidak mungkin, jika KTSP juga merupakan wujud manifestasi dari asas pendidikan Indonesia “Kemandirian dalam Belajar.”

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan dapat disimpulkan bahwa dasar pendidikan adalah landasan berpijak dan arah bagi pendidikan sebagai wahana pengembangan manusia dan masyarakat. Walaupun pendidikan itu bersifat universal, namun bagi suatu masyarakat pendidikan akan diselenggarakan berdasarkan filsafat dan pendangan hidup serta berlangsung dalam latar belakang sosial-budaya masyarakat tersebut. Asas atau prinsip pendidikan adalah ketentuan-ketentuan yang dijadikan pedoman atau pegangan dalam melaksanakan pendidikan agar tujuannya tercapai dengan benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan prinsip atau asas ini maka pelaksanaan pendidikan dapat berjalan lancar, efektif, dan efesien.

3.2 Saran
Bapak pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, sejak tahun 1920an telah mengumandangkan pemikiran bahwa pendidikan pada dasarnya adalah memanusiakan manusia. Untuk itu suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan di Indonesia haruslah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya, tidak ada pendidikan tanpa dasar cinta kasih. Dengan demikian pendidikan hendaknya membantu peserta didik/mahasiswa untuk berkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, serta menjadi anggota masyarakat yang berguna.

DAFTAR PUSTAKA

• http://www.melodramaticmind.com/2009/10/asas-asas-pendidikan-indonesia-dan.html
• http://qym7882.blogspot.com/2009/03/asas-asas-pendidikan-dan-penerapannya.html
• http://sucipto.guru.fkip.uns.ac.id/2010/01/06/landasan-dan-asas-asas-pendidikan/
• http://my.opera.com/Tarrachan/blog/2010/04/09/landasan-dan-azas-pendidikan
• http://www.gudangmateri.com/2010/06/reorientasi-ilmu-pendidikan.html